Your Ad Here

Sabtu, 12 Januari 2008

Kualatnya suharto atas perlakuannya ketika Bung Karno dibiarkan sakit hingga meninggal

Apa yang Terjadi ketika Bung Karno Sakit (asal berita: http:www.BALIPOST.COM)

Ketika kondisi kesehatan Pak Harto makin kritis, ada baiknya kita melongok bagaimana kondisi ketika mantan Presiden RI Soekarno alias Bung Karno (BK) saat sakit. Sebagian warga Indonesia tak mengetahui kondisi BK saat itu, apalagi ada yang menghubungkan dengan peran Pak Harto. Bagaimana keadaan Bung Karno menjelang ajal menjemput nyawanya?


---

UNTUK menjawab rasa penasaran banyak orang itu, Rachmawati Soekarnoputri membongkar sejumlah dokumen tentang kesehatan Bung Karno, 11 Mei 2006 lalu di kantor Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS), di kawasan Cikini, Jakarta Pusat.

Dokumen-dokumen berusia 36 tahun itu menggambarkan kondisi kesehatan Bung Karno, terutama setelah dia tidak lagi menjadi presiden. Juga menggambarkan perlakuan penguasa ketika itu terhadap Bung Karno.

Memasuki pertengahan Agustus 1965, kesehatan Bung Karno drop drastis. Pada 4 Agustus, ia terjatuh dan kolaps di kamarnya di Istana Merdeka, Jakarta. Sejumlah kabar menyebutkan Bung Karno terjatuh karena serangan stroke. Dia sempat dibawa ke Istana Bogor untuk mendapat perawatan intensif.

Peristiwa Bung Karno kolaps sempat melahirkan berbagai rumor yang sulit dikonfirmasi. Sempat pula berkembang spekulasi yang mengatakan bahwa Bung Karno tidak akan mampu menyampaikan pidato kenegaraan pada peringatan hari Proklamasi 17 Agustus 1965.

Kesehatan Bung Karno yang memburuk ini pula yang ikut memperpanas konstelasi politik nasional saat itu. Suhu politik dan persaingan antara Partai Komunis Indonesia (PKI) yang sebelumnya sempat mengusulkan ide angkatan kelima dengan TNI Angkatan Darat semakin panas.

Kehadiran tim dokter dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang membantu pengobatan Bung Karno juga mempertajam konflik di antara PKI dan AD. Sebab RRT dianggap sebagai sponsor utama ide angkatan kelima yang bikin resah itu. Di tengah suhu politik yang makin panas, Bung Karno kembali muncul pada peringatan detik-detik Proklamasi ke-20 di Istana Merdeka. Dia hadir lengkap dengan pakaian kebesaran dan tongkat komando yang seakan tak pernah lepas dari genggaman.

Singkat cerita, Maret 1967, Soeharto dilantik sebagai pejabat presiden. Sejak itu Bung Karno dikucilkan dan dilarang menginjakkan kaki di Jakarta. Maret 1968, Soeharto dilantik sebagai presiden. Menyusul pelantikan itu, di awal April 1968, Bung Karno angkat kaki meninggalkan Istana Bogor.

Dari istana yang berseberangan dengan Kebun Raya Bogor, Bung Karno pindah ke Batu Tulis. Tetapi udara Bogor yang dingin kala itu amat mengganggu kesehatannya yang tak kunjung membaik. Rematik Bung Karno semakin parah dan menyerangnya bertubi-tubi setiap hari. Di saat sakit yang semakin tak tertahankan, Bung Karno mengutus Rachma ke Jakarta, menyampaikan surat permohonan kepada Soeharto agar dia diperbolehkan kembali ke Jakarta.

Beberapa bulan kemudian, Bung Karno kembali menginjakkan kakinya di Jakarta, tepatnya di Wisma Yasso, Jalan Jenderal Gatot Subroto. Di Wisma Yasso, rumah Dewi Soekarno yang kini menjadi Museum Satria Mandala itu, Bung Karno dijaga ekstra ketat siang dan malam.

''Ada satu periode di mana kami, anak-anaknya, tak boleh bertemu dengan beliau. Begitu juga dengan kerabat keluarga yang lain. Tetapi ada satu periode di mana saya bisa menjenguk Bapak tiga hingga empat kali dalam seminggu,'' kenang Rachma.

Tanggal 6 Juni 1970, bertepatan dengan hari ulang tahun Bung Karno yang ke-69, Rachma dan Guruh menjenguk Bung Karno di Wisma Yasso. Rachma masih ingat, saat itu Bung Karno tengah berbaring di sofa. Sekujur tubuhnya bengkak. Suaranya sudah tak jelas lagi. Begitu juga dengan pandangan matanya.

''Sakit ginjal yang diderita Bapak tak pernah diobati secara layak,'' ujar Rachma lagi. Dalam kunjungan itu, Rachma memotret Bung Karno. Foto itu kemudian diberikan Rachma kepada seorang jurnalis kenalannya. Urusan memotret ini membuat Rachma berurusan dengan Corps Polisi Militer (CPM).

''Mengapa saya tak boleh memotret BK. Memang status BK apa,'' tanya Rachma ketika diinterogasi.

Dengan ringan si pejabat CPM menjawab, Bung Karno adalah tahanan. ''Setelah bertahun-tahun, itu adalah pengakuan pertama dari mulut mereka,'' kata Rachma.

Beberapa hari setelah kunjungan Rachma itu, Bung Karno dilarikan ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Kesehatannya makin memburuk.

Tanggal 21 Juni 1970, sekitar pukul 04.30 WIB, pihak RSPAD menghubungi Rachma. Dia diminta segera ke RSPAD menemui Bung Karno. Sekitar pukul 07.00 WIB, Rachma dan saudara-saudaranya dipersilakan memasuki ruang rawat Bung Karno. Alat bantu pernapasan dan jarum infus telah dilepas. Bung Karno tergolek lemah. Matanya tertutup rapat, napasnya satu-satu. Tak lama, malaikat maut menjemput sang proklamator itu. (net)

Tidak ada komentar:

Your Ad Here